SEGORES SENYUMAN
Hari mulai petang, langitpun mulai gelap dihiasi
kerlap-kerlip indahnya bintang malam. Seperti biasa aku hanya bisa menatap
keindahan malam dalam bangsal ini. Aku duduk termenung sendirian menatap
bintang. Sampai pada akhirnya, mataku tertuju pada satu bintang yang paling
terang. Aku pun teringat pada peristiwa yang telah menimpa keluargaku dulu.
6 tahun yang lalu aku, ayah, ibu, dan kakakku berlibur ke
Bali. Kami berangkat di pagi-pagi buta. Tawa canda terus terdengar dariku dan
ibu. Sampai akhirnya, peristiwa itu terjadi. Sebuah truk dibelakang mobil kami
mencoba menyalip, sementara di jalur berbeda bus melaju dengan begitu
kencangnya. Karena, truk tidak dapat menyalip, truk tersebut menabrak mobil
kami hingga mobil kami masuk kedalam sungai. Kecelakaan itu membuat ibu ku
meninggal dunia, naasnya aku juga mengalami kelumpuhan. Sedangkan ayah dan
kakakku mendapat luka yang tidak begitu parah.
Ku kira setelah ibu tiada ayah akan berubah, dari dulu
ayahku memang sangat mementingkan bisnisnya daripada keluarganya sendiri. Tapi
ternyata aku salah, sampai saat ini pun ayahku masih mementingkan bisnis.
Bahkan, hanya karena ia malu dan tidak ingin rekan bisnisnya tahu bahwa ayah memiliki
anak lumpuh sepertiku, ayah sengaja menempatkanku di sebuah bangsal yang jauh
dari ruangan lain di dalam rumah sakit miliknya. Sudah lama aku menginginkan
kasih sayang ayah, tetapi ia malah seakan tak memperdulikanku. Sudah lebih dari
6 tahun lamanya aku berada di bangsal ini, selama ini hanya beberapa kali saja
ayah menemuiku. Sepertinya memang hanya
kakakku yang peduli padaku, ia selalu datang mengunjungiku sepulang ia kuliah.
Tertekan? Ya aku sangat tertekan. Tinggal di bangsal ini
bagai tinggal di dalam neraka, aku hanya dapat melihat taman bunga dari jendela.
Ayahku benar-benar sudah menganggapku tidak ada, hingga akhirnya aku memutuskan
untuk tidak berbicara pada semua orang. Terkecuali dengan ayahku! Sungguh aku
sangat membutuhkan kasih sayang ayah.
Sunyi.. itu yang kurasakan setiap harinya, namun lama-lama
aku mulai terbiasa dengan kesendirianku ini. Jujur kehidupan seperti ini
benar-benar membuatku lelah untuk menjalaninya. Percuma aku hidup jika
kehidupanku mengenaskan seperti ini, kalau boleh meminta aku ingin agar aku
tidak dilahirkan saja di dunia ini. Aku lelah, sangat lelah...
Kakakku selalu membujukku agar aku mau berlatih berjalan,
tapi aku berfikir untuk apa aku sembuh
kalau toh tidak ada yang peduli padaku.
***
Sudah beberapa hari ini teman semasa sma ku, Key
mengunjungiku. Walaupun dia selalu mengajakku berbicara, aku tak pernah
menjawabnya. Hari ini kurasa ia berbeda, Key sedikit lebih ceria dari biasanya.
Hari ini ia mengajakku ke taman....
“kau senang?” tanya key padaku, tapi aku tak menjawab
pertanyaannya. Aku meneteskan air mata bahagiaku saat ini.
“sudahlah jangan menangis lagi, walau ku tahu itu adalah
air mata bahagiamu, aku lebih senang jika kau tersenyum, Alice” ucap Key seakan
mengetahui apa yang ku fikirkan.
“Alice, lihat bunga mawar merah itu?” Aku hanya diam dan
menatapnya sekilas..
“Alice apa kau ingat saat perpisahan SMA dulu kita pernah
bernyanyi bersama, dan aku memberikanmu beberapa tangkai mawar merah saat itu.
Kala itu kau terlihat sangat bahagia” kata-kata Key membuat aku mengingat
masa-masa itu.
“Tahukah kau? Aku
harap kalau kau bisa menjadi bagian dari mawar merah itu. Mawar merah yang
selalu dapat membuat orang tersenyum.” Ujar key.
Celotehnya kembali keluar, namun aku diam seakan
menghiraukan apa yang ia katakan. Sebenarnya aku ingin sekali menjawab
perkataannya, namun aku sudah berjanji
pada diriku sendiri untuk tidak berbicara pada orang.
“Alice, bisakah kau tersenyum padaku walau hanya segores
saja?” pintanya sedikit membuatku kaget.
“Bisakah kau membalas pertanyaanku?Tidak bisakah kau
membalas ucapanku walau hanya satu kata ‘ya’? apa kau tidak bisa?” aku hanya
diam dan masih menatap lurus kearah mawar merah dihadapanku.
“Alice, tatap aku! Tatap aku sebentar saja” aku tak
menghiraukan ucapannya sampai key memintaku untuk menatap matanya, selama ini
aku tak pernah berani menatap mata seseorang. Dia terus menarik wajahku untuk
menatapnya. “Kenapa kau sekarang menjadi seperti ini Alice? Kenapa?” key
sedikit berteriak di akhir kalimat.“ Kau benar-benar bodoh Alice! Justru dengan
kau diam seperti ini sama saja artinya kau memendam perasaanmu sendiri dan ini
akan membuatmu sangat tertekan. Dengan kau mau berbicara sedikit setidaknya kau
bisa mengurangi depresimu itu! Sampai kapan kau akan tetap seperti ini, sampai
kapan kau akan membuat orang lain disekitarmu khawatir, sampai kapan Alice?
Tersenyumlah Alice, kumohon..” air mata jatuh begitu saja di pelupuk mataku
setelah mendengar kata-kata itu. Kata-katanya membuatku tersadar akan
kebodohanku selama ini.
“ Maafkan aku” kataku.
“ kau membalas perkataanku?” tanyanya tak percaya.
“maaf, maafkan aku” aku mengucapkan kalimat itu sambil
terisak, sir mataku mengalir terus-menerus. “Kau tak tahu bagaimana rasanya
diabaikan oleh ayahmu sendiri. Bagaimana rasanya dianggap sebagai sumber
masalah dari bisnisnya yang gagal, bagaimana rasanya dianggap tidak ada oleh
ayahmu sendiri. Sakit, key, sakit..” aku menepuk-nepuk dadaku sendiri.
“ Ayah tak menyayangiku, dari dulu ia tak pernah
menganggapku ada. Padahal padahal yang kuharapkan hanya kasih sayangnya, tidak
lebih! Setiap kali aku bicara padanya dia seakan tak mengabaikan ucapanku. Ini
sangat menyakitkan! Lebih baik aku ikut Ibuku di surga. Aku lelah, sangat lelah.”
Isak tangisku sejadi-jadinya. Semua isi hatiku kucurahkan begitu saja.
Kurasakan kedua tangan merengkuhku. Dan benar saja, mataku yang berlinang air
mata ini melihat bahwa Key sedang memelukku.
“Jangan berkata seperti itu, Alice. Banyak yang
menyayangi dan peduli padamu.” Ujar Key, kurasakan tangannya mengelus rambutku
lembut.
“peduli? Siapa yang peduli padaku, ayahku saja tak
memperdulikanku.” Aku semakin terisak.
Kurasakan tangan Key mengendur, ia melepaskan pelukannya
dan kali ini ia menatapku seraya menggenggam pundakku.
“ Bodoh! Kau tidak berfikirkah? Minho kakakmu sangat
memperdulikanmu, begitu juga denganku.” Ujar Key sambil menatapku dalam bahkan
ucapannya sangat tulus kudengar. Dan kurasa apa yang Key katakan itu benar.
“ Maafkan aku, kurasa kau benar” kataku.
***
Key dan kakakku terus membujukku untuk mau berlatih
berjalan. Awalnya aku tidak mau, tapi akhirnya aku pun meng-iyakan keinginannya
karena aku sangat bosan mendengar ocehan-ocehan mereka seperti ‘Alice, kumohon’
atau ‘Alice, please, hampir tiap detik aku mendengar kata-kata itu.
Hari ini aku akan mulai berlatih berjalan. Key dan Minho
menuntunku dari kursi roda. Aku benar-benar gugup, 6 tahun sudah aku tak
berjalan dengan kedua kakiku.
***
Sudah beberapa minggu ini Key dan Minho menemaniku
berlatih berjalan. Meski aku sering terjatuh tapi aku tetap berusaha sampai aku
bisa berjalan lagi. Aku tak mau mengecewakan orang-orang yang sudah membantuku
sejauh ini. Aku melihat kakakku dan Key tulus membantuku, terutama Key. Aku
merasa Key sangat berbeda dengan sifatnya yang dulu, ternyata dibalik sikapnya
yang menyebalkan dia memiliki rasa kepedulian tinggi terhadap orang lain.
Hari ini sudah 3 jam lebih aku berlatih, aku pun
memutuskan untuk kembali ke kamar.
Tap...tap...tap...
Ku dengar derap langkah seseorang, sepertinya orang itu
menuju kamarku! Apa itu Key? Key baru saja berangkat untuk makan siang di luar.
Mungkinkah ia kembali secepat ini?
Semakin lama derap langkah itu semakin terdengar lebih
dekat, seseorang sudah berada diambang pintu kamarku. Ketika kulihat orang yang
sudah memasuki kamarku betapa kagetnya aku melihat orang tersebut....
“A...a..ayah” kataku terbata-bata, mataku berkaca-kaca.
Ya, yang datang adalah ayahku. Seperti biasaia duduk di
satu bangku yang terarah padaku. Sudah lama aku tak melihatnya, sungguh aku
sangat merindukannya...
“ Ayah, aku merindukanmu” mengucapkan kalimat itu air
mataku seakan mengalir begitu saja..
Tapi hal yang biasa ku dapati, ayah tak pernah membalas
perkataanku! Ia hanya memandangiku datar seakan enggan menemuiku.
“ Ayah” panggilku lagi, aku merasa seperti orang bodoh
memanggil ayah yang kusayangi tetapi ia hanya diam saja.
“Ayah kau tahu? Aku sudah belajar berjalan.” Seruku
memberitahunya akan perkembanganku.
“ Benarkah?
Hahaha! Percuma saja kau belajar berjalan, tidak ingat sudah 6 tahun kau tidak
berjalan ! Bagaimana bisa anak seperti kau berjalan kembali seperti dulu” Ujar Ayah, DEG! Sontak saat itu juga aku diam
terpaku mendengar ucapan ayah yang seperti itu ..
“percayalah aku
bisa berjalan lagi” kataku sambil menatapnya dalam, ia pun menatapku dalam! Aku
menurunkan kakiku satu persatu. Namun saat turun ku tahan tanganku pada besi
rajangku “Ayah lihatlah aku bisa berdiri” Aku menunjukkan diriku yang tengah
berdiri sambil menopang besi ranjang ini.
Namun saat berdiri kakiku terasa gemetaran.
Bukkk
“ Aw” Pekikku saat aku terjatuh tidak bisa menopang
diriku sendiri. Aku mulai merangkak kearah ayahku seperti orang bersujud di
hadapannya “ Ayah percayalah padaku , aku pasti bisa berjalan kembali” Aku
menatap ayah yang masih diam saja dari tadi.
“Percuma saja Alice, kau melakukan itu! Aku yakin kau
tidak akan bisa berjalan lagi” Ujar ayah yang sudah tidak yakin padaku, saat itu juga ayah ingin pergi dari
hadapanku. Namun ku tahan kakinya dengan kedua tanganku.
“Ayah kumohon percaya padaku untuk kali ini saja, beri
aku semangat untuk berjalan kembali ayah...”
pintaku sambil menahan kakinya. Kudongakan kepalaku untuk memandangnya,
sungguh aku tidak bisa menahan tangisanku lagi.
Ayah tidak mengeluarkan satu katapun, ia melepaskan
tanganku yang masih melingkar di kakinya dan saat terlepas dia pergi begitu saja
dari hadapanku .
“ Ayah tidak bisa kah kau membuatku senang ! Walau
hanya sebentar” teriakku sambil menangis sejadi-jadinya. Untuk kesekian kalinya
aku di abaikan seperti ini dan untuk kesekian kalinya aku menangis karena
ayahku sendiri.
Kali ini aku tidak kuat lagi, seakan ingin lenyap dari
kehidupan yang gelap ini. Air mata pun sudah sering ku teteskan karenanya namun
sekeras apapun aku menangis, ayah tidak akan pernah memperdulikanku.
Aku hanya butuh kasih sayangnya saja, ucapannya yang
membuatku semangat hanya itu saja! Apa aku tidak bisa merasakan kasih sayang
itu ? Kenapa??
Tidak lama setelah ayahku keluar dari ruanganku, aku
mendengar ada sedikit keributan di luar.
Aku pun mencoba berjalan ke arah jendela dan melihat
apa yang sedang terjadi...
Aku agak kaget melihatnya, ternyata orang yang membuat
keributan itu adalah Key, Minho dan ayahku. Aku seakan tak dapat berkata-kata
lagi, aku hanya dapat melihatnya dari jendela.
“ paman! Kenapa kau bersikap seperti itu pada Alice?
Kau tidak tahu perasaan Alice bagaimana saat kau tidak memperdulikannya?
mengacuhkannya dan mengabaikannya! Kau tidak tahu kan perasaan Alice saat itu
bagaimana? Hatinya sangat terluka, menangis itu yang hanya dapat ia lakukan
untukmu! Namun nyatanya kau tidak memperdulikannya! Ketika Alice menangis di
lantai meraung -raung agar kau menenangkannya tapi kau hanya menatapnya
datar” Ujar key setengah berteriak dan
menatap ayahku dengan tatapan tajam. Ayah dia diam terpaku mendapati ucapan yang
terlontar dari mulut key.
“Benar Ayah, apa
kau tidak berifkir sedikit saja tentang Alice? Kau datang hanya beberapa saat
saja ke bangsal untuk menemuinya! Tapi kau tidak berkata apa-apa pada Alice, tatapanmu
datar padanya. Saat Alice memanggil-manggil namamu pun kau tidak perduli! Kau
datang pada Alice hanya untuk memberitahu ada bisnis saja. Apa sebegitu
pentingkah bisnismu di banding anakmu sendiri?” Ujar Minho menambahkan.
Tunggu, mengapa mereka tau. Jadi daritadi Key dan
Minho, mereka melihat apa yang sudah terjadi tadi antara aku dan ayahku??
“ Saat Alice ingin berlajar berjalan, kenapa kau
mengatakan hal seperti itu! Kau tidak memepercayai Alice bisa berjalan kembali?
Seharusnya kau memberi semangat padanya bukan berkata seperti itu paman. Tidak
tahu kah kau Alice sangat tersiksa batinnya! Dia sangat membutuhkan kasih
sayangmu, ia selalu berharap agar ayahnya mau memberi kasih sayang padanya! Apa
itu tidak bisa kau berikan padanya ? Alice sangat menderita seperti itu kau
tidak memperdulikannya, bahkan kau tega membiarkan Alice terkurung di bangsal
itu selama 6. Hingga ia enggan tersenyum.Untuk mengucapkan satu kata pun seakan
kelu pada bibirnya. Dia hanya ingin berbicara padamu, namun kau mengacuhkan
ucapannya begitu saja. Apa kau pantas untuk di sebut ayah sedangkan kau sama
sekali tidak memperdulikan anakmu?” Deg!
Mendengar ucapan Key, aku benar-benar tidak tega melihat ayahku. Ia terlihat
hanya menundukkan kepalanya.
Ayah menatap key penuh makna dalam. Mendengar semua
ucapan key seakan bayangan kesalahannya padaku terekam kembali pada ayah. Tidak
dapat di pungkiri ayah menyesal dengan sikapnya itu. Air mata mengalir deras
dari pipinya, tanpa terasa aku juga meneteskan air mataku. Kakakku, Minho kali
ini ia hanya bisa diam dan menundukan kepalanya saja.
“Kau fikir selama ini aku tidak memperdulikan Alice?”
kata ayah tiba-tiba. Aku sedikit kaget mendengar ucapan ayah. “ Apa kalian merasakan apa yang kurasakan juga?
Aku harus menerima kenyataan orang yang paling ku cintai istriku meninggal saat
kecelakaan itu! Lebih parahnya aku pun harus menerima kenyataan anakku Alice lumpuh
karena kecelakaan itu. Aku sengaja menempatkan Alice di bangsal itu, kenapa? Aku
tidak ingin Alice di ejek oleh orang lain karena kelumpuhannya, aku tidak ingin
Alice semakin terpuruk karena kelumpuhannya itu. Kalian pun harus tahu, saat Alice meraung-raung memanggil namaku dan
aku pergi dari kamarnya, sebenarnya setelah itu aku menangis membayangkan wajah
Alice yang meraung-raung. Sejujurnya aku pun tidak kuat melihat Alice seperti
itu. Aku menyesal dengan sikapku yang egois ini. Aku memang tidak layak di
sebut ayah!” Ujar ayah sambil terisak.
Tarrrrrrrr!! aku tak sengaja menyenggol pot bunga yang
ada disebelahku, sontak ayah, minho, dan key mereka mendengar suara pecahnya
pot bunga tadi dan melihat apa yang kulakukan. Ayahku dengan segera
mendatangiku dan memelukku. Ia meminta maaf padaku.
“maafkan ayahmu ini Alice, ayah benar-benar menyesal.
Ayahmu ini memang seorang ayah yang tidak punya hati, sudah tidak
memperdulikanmu. Ayah memang tidak pantas di sebut ayah” ujar ayah sambil
memelukku.
“sudahlah Yah, Alice sudah memaafkan Ayah dari dulu.”kataku.
“mulai saat ini aku akan memberikan kasih sayangku
padamu, menebus semua kesalahan ayah selama ini” Ujar ayah dengan tatapan
ketulusannya “ Satu lagi, terus belajar berjalan! Aku percaya kau bisa berjalan
kembali” Sambung ayah sambil tersenyum.
“Key, Minho terima kasih telah menyadarkanku.” Kata ayah sambil menatap Key dan Minho. Minho
dan Key hanya tersenyum.
Senyuman itulah yang tergores dari bibir kami
masing-masing. Dengan sebuah senyuman sudah menunjukkan betapa bahagaianya diri
kami saat ini. Key, ia berkata padaku agar aku tetap tersenyum untuknya dan
tidak akan pernah berubah. Karena baginya segores senyuman yang ku torehkan
adalah kebahagiaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar